Mengenai Saya

Senin, 02 November 2015

Madiun (beritajatim.com) -Keluarga besar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) berduka. Kali ini Ketua Dewan Pembina PSHT Pusat Madiun, KRT Tarmadji Budi Harsono, berpulang ke Rahamtullah karena sakit.Tarmadji diketahui meninggal dunia padaSelasa, tanggal 20 Oktober 2015 sekitar pukul 09.30 WIB karena mengalami serangan jantung. Tarmadji menghembuskan nafas terakhirnya setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Siti Aisiyah Madiun.Ketua IPSI Madiun, Moerjoko, menyatakan, meninggalnya Almarhum membawa duka mendalam di dunia persilatan Tanah Air, terlebih Madiun.Sebagai pimpinan tertinggi perguruan pencak silat terbesar di Indonesia, Tarmadji selalu meminta warga Terate (anggota PSHT) untuk menjaga nilai-nilai Persaudaraan Setia Hati yang berjiwa pendekar dan melindungi kaum lemah."Kami sangat kehilangan. Mas Mardji orangnya baik," ujarnya, Selasa (20/10/2015).Dedikasinya yang tinggi terhadap PSHT, membuat Tarmadji dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum PSHT hingga akhirnya menjadi Ketua Dewan Pembina PSHT Pusat Madiun.Moerjoko yang juga warga PSHT ini menjelaskan, sebelum meninggal, Tarmadji berpesan agar pesilat warga Terate menjaga kondisi Madiun tetap adem ayem dan tidak ada tawuran antarpesilat. "Ia ingin mewujudkan Madiun sebagai kampung pesilat yang damai," kata dia.Sesuai permintaan Almarhum semasa hidup, keluarga, dan warga Terate, jenazah dimakamkan di belakang masjid kompleks Padepokan PSHT yang berlokasi di Jalan Merak, Kelurahan Nambangan Kidul, Kota Madiun.Sementara, ribuan pesilat anggota PSHT hingga Selasa malam masih memadati kompleks Padepokan PSHT di Kelurahan Nambangan Kidul. Mereka ingin memberikan penghormatan terakhir kepada pimpinannya. Anggota kepolisian juga masih berjaga-jaga guna mengantisipasi gangguan kamtibmas.(rdk/kuInnalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun...
Keadilan telah mati...
Aparat kepolisian bener2 sudah bobrok dan tidak netral..
Berita dari tulungagung...
Ratusan pesilat pagar nusa ditangkap polisi setelah melakukan konvoi dan merusak rumah anggota perguruan silat psht..aksi ini dilakukan setelah tidak adanya kejelasan kasus pengrusakan 14 rumah warga oleh ratusan oknum berseragam psht...padahal waktu itu mereka dikawal polisi..menurut warga polisi melakukan pembiaran atas kasus tersebut...bisa dibilang aksi ratusan pesilat pagar nisa itu adalah aksi balas dendam dan bentuk protes terhadap aparat penegak hukum yang secara brengsek dan amoral jelas2 memihak psht dan mendiskrinasi pencak silat nahdlatul ulama pagar nusa...
Bahkan rumah anggota psht mndapat anggaran perbaikan langsung dari dana APBD kabupaten tulungagung...sungguh jancoknya, bobroknya penegakan hukum di Indonesia ini...Tidak berhenti disitu saja..kasus yang melibatkan psht sbagai pelakunya selalu saja berakhir dengan pembiaran bahkan dukungan dari aparat penegak hukum...sementara kasus yang mlibatkan psht sbagai korban, pagar nusa selalu dijadikan tersangka tanpa adanya bukti dan saksi...sungguh brengsek aparat penegak hukum di Tulungagung..
Kita masih ingat beberapa kasus di tulungagung yang mlibatkan PSHT..kasus pengrusakan papan nama kantor ranting NU di gondang, hingga kini tidak ada lanjutannya...
Kedua, kasus pembacokan banser oleh oknum psht di gondang, sebenarnya ke2 pelaku sudah ditangkap, namun polisi melepaslan mereka berdua kembali dan mengrim tersangka tersebut ke kalimantan, padahal polisi telah berjanji untuk mnjatuhkan sanksi sesuai undang-undang yang brlaku kepada ratusan banser yang sempat berdemo di depan polres tulungagung katena kasus tersebut brhenti hingga berminggu2 lamanya..
Akhir kata, Polisi Tulungagung memang bener2 terbutakan. Semoga Allah segera memberi pencerahan dengan doa-doa para ulama NU yang senantiasa mlindungi PAGAR NUSA..Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar